Revitalisasi
Jiwa-Jiwa Kepahlawanan di Era Informasi
10 November
1945 silam adalah bukti betapa kuatnya persatuaan bangsa saat itu dalam memukul
mundur si penjajah di bumi pertiwi sebagai bentuk perwujudan mempertahankan
kesatuan NKRI dan kemerdekaan yang sudah kita proklamirkan tanggal 17 Agustus
1945. Kita semua mengetahui gigihnya mereka dalam mengusir penjajah. Padahal,
pasukan penjajah itu dalam jumlah banyak dan senjata yang mereka gunakan sangatlah
canggih, tidak sebanding dengan apa yang para pahlawan kita pergunakan.
Sungguh
betapa luarbiasa nya perjuangan para pahlawan kita untuk memebela dan
memerdekaan Indonesia.Mereka rela berkorban jiwa dan raga demi bangsa. Bahkan
mereka relakan nyawa mereka sendiri demi terwujudnya bangsa yang bebas dari
segala bentuk penjajahan di bumi pertiwi. namun, di era informasi yang semakin
tahun semakin cangginh dan semakin maju dengan pesat jiwa-jiwa yang memiliki
sifat kepahlawanan semakain berkurang, jiwa nasioanlisme dan patriostisem dari
tahun ke tahun mulai lihang dan bahkan tidak ada lagi di jiwa kita.
Peringatan
hari pahlawan seharusnya dapat dijadikan sebagai momentum untuk menumbuhkan
kembali sifat kepahlawanan yang ada didalam diri kita senidiri, karena kita
harus selalu ingat tanpa perjuangan pahlawan kita yang dulu berjuang sampai
rela mati kita tidak akan pernah mewujudkan cita-cita kita yaitu merdeka tanpa
perjuangan pahlawan kita.
Sayangnya, di
usia yang ke-68 setelah kemerdekaan ini, di usianya yang tidak muda lagi,
nilai-nilai jiwa kepahlawanan itu semakin memudar. Padahal, seharusnya spirit
jiwa kepahlawanan dapat dijadikan pengikat emosi kebangsaan dan kebersamaan
kita di tengah maraknya upaya untuk membuat sekat-sekat di antara sesama anak
bangsa yang mengancam keutuhan NKRI. Yang lebih memprihatinkan, banyak diantara
kita yang merasa bahwa peringatan hari pahlawan dan hari-hari bersejarah
lainnya hanyalah sebagai bentuk seremoni belaka, merupakan agenda rutin setiap
tahunnya, dan tanpa pernah ada tindak lanjut kedepannya untuk kemajuan bangsa
ini.
Hal yang tak
kalah sangat memprihatikannya adalah perilaku para pejabat bangsa ini.
Orang-orang yang sudah terpilih sebagai wakil rakyat yang seharusnya pro
terhadap rakyat, justru malah memperkaya diri dengan praktek korupsinya, penuh
dengan kamuflase hipokrisi, dan ironi yang merebak di berbagai aspek bangsa
ini. Era globalisasi yang tidak bisa dibendung seperti sekarang ini ditambah
dengan ideologi pasar bebasnya semakin menambah orang yang duduk di birokrasi
menjadi-jadi untuk memenuhi nafsunya. Mereka terhipnotis untuk menjadi seorang
yang oportunis. Tidak ada lagi rasa peduli terhadap sesama. Mereka disibukkan
demi kepentingan dan keuntungan pribadi semata.
Jadi di zaman
sekarang yang semakin hari perkembangan tekhnologi semakin berkembang dengan
pesat. Kita harus bisa menggunakan tekhnologi tersebut dengan bijan dan tidak
menyelwengkan tekhnologi tersebut. Karena seharusnya tekhnologi tersebut harus
digunakan untuk hal-hal yang positif bukan hal yang negatif yang dapat
mengurangi jiwa-jiwa kepahlawanan kepada negara ini menjadi berkurang, semua
itu kita kembalikan lagi kepada diri kita masing-masing dalam menggunakan kecanggihan
tekhnologi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar