Kamis, 10 November 2016

Revitalisasi Jiwa-Jiwa Kepahlawanan di Era Informasi



Revitalisasi Jiwa-Jiwa Kepahlawanan di Era Informasi
10 November 1945 silam adalah bukti betapa kuatnya persatuaan bangsa saat itu dalam memukul mundur si penjajah di bumi pertiwi sebagai bentuk perwujudan mempertahankan kesatuan NKRI dan kemerdekaan yang sudah kita proklamirkan tanggal 17 Agustus 1945. Kita semua mengetahui gigihnya mereka dalam mengusir penjajah. Padahal, pasukan penjajah itu dalam jumlah banyak dan senjata yang mereka gunakan sangatlah canggih, tidak sebanding dengan apa yang para pahlawan kita pergunakan. 
Sungguh betapa luarbiasa nya perjuangan para pahlawan kita untuk memebela dan memerdekaan Indonesia.Mereka rela berkorban jiwa dan raga demi bangsa. Bahkan mereka relakan nyawa mereka sendiri demi terwujudnya bangsa yang bebas dari segala bentuk penjajahan di bumi pertiwi. namun, di era informasi yang semakin tahun semakin cangginh dan semakin maju dengan pesat jiwa-jiwa yang memiliki sifat kepahlawanan semakain berkurang, jiwa nasioanlisme dan patriostisem dari tahun ke tahun mulai lihang dan bahkan tidak ada lagi di jiwa kita.
Peringatan hari pahlawan seharusnya dapat dijadikan sebagai momentum untuk menumbuhkan kembali sifat kepahlawanan yang ada didalam diri kita senidiri, karena kita harus selalu ingat tanpa perjuangan pahlawan kita yang dulu berjuang sampai rela mati kita tidak akan pernah mewujudkan cita-cita kita yaitu merdeka tanpa perjuangan pahlawan kita.
Sayangnya, di usia yang ke-68 setelah kemerdekaan ini, di usianya yang tidak muda lagi, nilai-nilai jiwa kepahlawanan itu semakin memudar. Padahal, seharusnya spirit jiwa kepahlawanan dapat dijadikan pengikat emosi kebangsaan dan kebersamaan kita di tengah maraknya upaya untuk membuat sekat-sekat di antara sesama anak bangsa yang mengancam keutuhan NKRI. Yang lebih memprihatinkan, banyak diantara kita yang merasa bahwa peringatan hari pahlawan dan hari-hari bersejarah lainnya hanyalah sebagai bentuk seremoni belaka, merupakan agenda rutin setiap tahunnya, dan tanpa pernah ada tindak lanjut kedepannya untuk kemajuan bangsa ini.
Hal yang tak kalah sangat memprihatikannya adalah perilaku para pejabat bangsa ini. Orang-orang yang sudah terpilih sebagai wakil rakyat yang seharusnya pro terhadap rakyat, justru malah memperkaya diri dengan praktek korupsinya, penuh dengan kamuflase hipokrisi, dan ironi yang merebak di berbagai aspek bangsa ini. Era globalisasi yang tidak bisa dibendung seperti sekarang ini ditambah dengan ideologi pasar bebasnya semakin menambah orang yang duduk di birokrasi menjadi-jadi untuk memenuhi nafsunya. Mereka terhipnotis untuk menjadi seorang yang oportunis. Tidak ada lagi rasa peduli terhadap sesama. Mereka disibukkan demi kepentingan dan keuntungan pribadi semata.
Jadi di zaman sekarang yang semakin hari perkembangan tekhnologi semakin berkembang dengan pesat. Kita harus bisa menggunakan tekhnologi tersebut dengan bijan dan tidak menyelwengkan tekhnologi tersebut. Karena seharusnya tekhnologi tersebut harus digunakan untuk hal-hal yang positif bukan hal yang negatif yang dapat mengurangi jiwa-jiwa kepahlawanan kepada negara ini menjadi berkurang, semua itu kita kembalikan lagi kepada diri kita masing-masing dalam menggunakan kecanggihan tekhnologi tersebut.

Revitalisasi Jiwa-Jiwa Kepahlawanan di Era Informasi

Revitalisasi Jiwa-Jiwa Kepahlawanan di Era Informasi
10 November 1945 silam adalah bukti betapa kuatnya persatuaan bangsa saat itu dalam memukul mundur si penjajah di bumi pertiwi sebagai bentuk perwujudan mempertahankan kesatuan NKRI dan kemerdekaan yang sudah kita proklamirkan tanggal 17 Agustus 1945. Kita semua mengetahui gigihnya mereka dalam mengusir penjajah. Padahal, pasukan penjajah itu dalam jumlah banyak dan senjata yang mereka gunakan sangatlah canggih, tidak sebanding dengan apa yang para pahlawan kita pergunakan. 
Sungguh betapa luarbiasa nya perjuangan para pahlawan kita untuk memebela dan memerdekaan Indonesia.Mereka rela berkorban jiwa dan raga demi bangsa. Bahkan mereka relakan nyawa mereka sendiri demi terwujudnya bangsa yang bebas dari segala bentuk penjajahan di bumi pertiwi. namun, di era informasi yang semakin tahun semakin cangginh dan semakin maju dengan pesat jiwa-jiwa yang memiliki sifat kepahlawanan semakain berkurang, jiwa nasioanlisme dan patriostisem dari tahun ke tahun mulai lihang dan bahkan tidak ada lagi di jiwa kita.
Peringatan hari pahlawan seharusnya dapat dijadikan sebagai momentum untuk menumbuhkan kembali sifat kepahlawanan yang ada didalam diri kita senidiri, karena kita harus selalu ingat tanpa perjuangan pahlawan kita yang dulu berjuang sampai rela mati kita tidak akan pernah mewujudkan cita-cita kita yaitu merdeka tanpa perjuangan pahlawan kita.
Sayangnya, di usia yang ke-68 setelah kemerdekaan ini, di usianya yang tidak muda lagi, nilai-nilai jiwa kepahlawanan itu semakin memudar. Padahal, seharusnya spirit jiwa kepahlawanan dapat dijadikan pengikat emosi kebangsaan dan kebersamaan kita di tengah maraknya upaya untuk membuat sekat-sekat di antara sesama anak bangsa yang mengancam keutuhan NKRI. Yang lebih memprihatinkan, banyak diantara kita yang merasa bahwa peringatan hari pahlawan dan hari-hari bersejarah lainnya hanyalah sebagai bentuk seremoni belaka, merupakan agenda rutin setiap tahunnya, dan tanpa pernah ada tindak lanjut kedepannya untuk kemajuan bangsa ini.
Hal yang tak kalah sangat memprihatikannya adalah perilaku para pejabat bangsa ini. Orang-orang yang sudah terpilih sebagai wakil rakyat yang seharusnya pro terhadap rakyat, justru malah memperkaya diri dengan praktek korupsinya, penuh dengan kamuflase hipokrisi, dan ironi yang merebak di berbagai aspek bangsa ini. Era globalisasi yang tidak bisa dibendung seperti sekarang ini ditambah dengan ideologi pasar bebasnya semakin menambah orang yang duduk di birokrasi menjadi-jadi untuk memenuhi nafsunya. Mereka terhipnotis untuk menjadi seorang yang oportunis. Tidak ada lagi rasa peduli terhadap sesama. Mereka disibukkan demi kepentingan dan keuntungan pribadi semata.
Jadi di zaman sekarang yang semakin hari perkembangan tekhnologi semakin berkembang dengan pesat. Kita harus bisa menggunakan tekhnologi tersebut dengan bijan dan tidak menyelwengkan tekhnologi tersebut. Karena seharusnya tekhnologi tersebut harus digunakan untuk hal-hal yang positif bukan hal yang negatif yang dapat mengurangi jiwa-jiwa kepahlawanan kepada negara ini menjadi berkurang, semua itu kita kembalikan lagi kepada diri kita masing-masing dalam menggunakan kecanggihan tekhnologi tersebut.