Jenis-jenis Anak Kebutuhan Khusus
(ABK)
Menelaah
kata “berkebutuhan khusus” membuat kita sering kali langsung terjebak pada
gambaran perbedaan, kesulitan, hambatan maupun gangguan yang bersembunyi di
baliknya.hakikat sebenarnya adalah setiap individu memang tidak dapat kita
samakan, individu tumbuh dan berkembang dengan keunikan masing-masing disertai
kebtuhan khusus khas yang tiap individu berbeda kepastiannya tanpa harus selalu
kita maknai dengan hal yang akan “menyulitkan”, termasuk untuk kebutuhan khusus
anak-anak yang dulu lebih dikenal
sebagai anak cacat.
Sebelum kita membahas tentang
jenis-jenis ABK, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud
dengan Anak Kebutuhan Khusus (ABK). Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah
anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik,
mental-intelektual, social, emosional) dalam proses pertumbuhan/perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan
pelayanan pendidikan khusus. (Rochman Mif di 07.42 Jumat, 04 Oktober 2013)
Ada
bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, adapun jenisnya adalah sebagai berikut :
1. Tunanetra
Tunanetra
adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh
atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat
bantu khusus masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Untuk mengenali mereka, kita
dapat melihat ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kurang melihat (kabur),
tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 m.
b. Kesulitan mengambil benda
kecil didekatnya.
c. Tidak dapat menulis
mengikuti garis lurus.
d. Sering meraba-raba dan
tersandung waktu berjalan.
e. Bagian bola mata yang
hitam berwarna keruh/bersisik kering.
f. Tidak
mampu melihat.
g. Peradangan hebat pada
kedua bola mata.
h. Mata bergoyang terus.
2. Tunarungu
Tunarungu
adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga
tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah
diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap memerlukan pelayanan
pendidikan khusus.
Ciri-ciri
anak tunarungu adalah sebagai berikut:
a. Sering
memiringkan kepala dalam usaha mendengar.
b. Banyak
perhatian terhadap getaran.
c.
Terlambat dalam perkembangan bahasa
d. Tidak
ada reaksi terhadap bunyi atau suara,
e.
Terlambat perkembangan bahasa,
f. Sering
menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,
g. Kurang
atau tidak tanggap dalam diajak bicara,
h. Ucapan
kata tidak jelas, kualitas suara aneh/monoton,
3. Tunalaras
Tunalaras
adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku
tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia
maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain.
Kelainan
tingkah laku ditetapkan bila mengandung unsur:
a. Tingkah
laku anak menyimpang dari standar yang diterima umum.
b. Derajat
penyimpangan tingkah laku dari standar umum sudah ekstrim.
c. Lamanya
waktu pola tingkah laku itu dilakukan.
4. Tunagrahita
atau down syndrome
Tunarahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata
mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mentalintelektual di bawah
rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
Mereka memerlukan layanan pendidikam khusus. Ketunagrahitaan mengacu pada
intelektual umum yang secara signifikan berada di bawah rata-rata. Para tunagrahita
mengalami hambatan dalam tingkah laku dan penyesuaian diri. Semua itu
berlangsung atau terjadi pada masa perkembangannya.
Ciri-ciri
fisik dan penampilan anak tungrahita:
1)
Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar,
2) Tidak
dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
3) Tidak
ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan
4)
Kordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali)
5. Tunadaksa
Tunadaksa adalah anak yang mengalami
kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak [tulang, sendi, otot]. Dari
segi fungsi fisik, tunadaksa diartikan sebagai seseorang yang fisik dan
kesehatanya terganggu sehingga mengalami kelainan di dalam berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program dan
layanan pendidikan khusus. Peristilahan dalam kelumpuhan dibagi menurut daerah
kelumpuhannya. Kelumpuhan sebelah badan disebut hemiparalise, kelumpuhan kedua
anggota gerak bawah disebut paraparalise.
Ciri-ciri
anak tunadaksa dapat di lukiskan sebagai berikut:
a) Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,
b) Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak
sempurna/lebih kecil dari biasa,
c) Kesulitan dalam gerakan
(tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali, bergetar)
d) Terdapat cacat pada anggota
gerak,
e) Anggota gerak layu, kaku,
lemah/lumpuh,
6. Cerebral palsy
Gangguan
/ hambatan karena kerusakan otak (brain injury) sehingga mempengaruhi
pengendalian fungsi motorik.
7. Gifted
Adalah
anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung
jawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya
(anak normal).
8. Autistis atau autisme
Autisme
adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada
sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial,
komunikasi dan perilaku.
9.
Asperger Disorder atau AD
Secara
umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu
memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah
lakunya. Bedanya, gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak
autisme dan sering disebut dengan istilah High-fuctioning autism.
Adapun
hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada
kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih
baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton,
ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbicara hanya seputar pada
minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya.
Kecerdasan
anak asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat yang
sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu
kategori.
Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.
10. Rett’s Disorder
Rett’s
Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek
perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia
18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba.
Koordinasi motoriknya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam
kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya
adalah perempuan.
11. Attention deficit disorder with hyperactive atau ADHD
ADHD
terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka
selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di
satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan
kepadanya.
Rentang
konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering
mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan
tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan
huruf.
12. Lamban belajar atau slow learner
Lamban
belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual
sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal
mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespons rangsangan dan
adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang
tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang
lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik
maupun non akademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
13. Anak yang mengalami kesulitan
belajar spesifik
Anak
yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata mengalami
kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus (terutama dalam hal kemampuan
membaca, menulis dan berhitung atau matematika), diduga disebabkan karena
faktor disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena faktor inteligensi
(inteligensinya normal bahkan ada yang di atas normal), sehingga memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.
Anak
berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca
(disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar
berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak mengalami
kesulitan yang signifikan (berarti).
Data Anak Kebutuhan Khusus (ABK) di Indonesia
1.
Indonesia memang belum punya data yang
akurat dan spesifik tentang berapa banyak jumlah anak berkebutuhan khusus.
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, jumlah anak
berkebutuhan khusus yang berhasil didata ada sekitar 1,5 juta jiwa.
Namun
secara umum, PBB memperkirakan bahwa paling sedikit ada 10 persen anak usia
sekolah yang memiliki kebutuhan khusus. Di Indonesia, jumlah anak usia sekolah
yaitu 5 - 14 tahun ada sebanyak 42,8 juta jiwa. Jika mengikuti perkiraan
tersebut, maka diperkirakan ada kurang lebih 4,2 juta anak Indonesia yang
berkebutuhan khusus. (Putro Agus Harnowo –
detikHealth/Rabu, 17/07/2013 18:42 WIB)
2.
Ramadhani (hasil wawancara) menyebutkan bahwa jumlah
anak berkebutuhan khusus di Indonesia sudah mencapai 1,4 juta orang pada tahun
2014.
3.
“Seperti diketahui, penyandang
disabilitas anak/ABK di Indonesia sebanyak 532,13 ribu jiwa (0,63 persen) dari
seluruh anak Indonesia,” ujarnya di Banjarmasin, Senin (12/10).
Perbandingan,
menurut jenis kelamin, anak laki-laki lebih banyak dari anak perempuan yaitu
285,33 ribu (0,66 persen) anak perempuan 246,81 ribu (0,60 persen).
Sementara
proporsi penyandang anak disabilitas/ABK terhadap total anak di Kalsel pada
2012 untuk di perkotaan laki-laki sebanyak 0,88 dan perempuan 0,28. Di pedesaan
laki-laki sebanyak 1,36 dan perempuan 0,31. Di perkotaan tambah pedesaan jumlah
keseluruhan sebanyak 0,74. (Sumber: infopublik.id)
Sumber
Rita Jordan, Educating of Children and Young People With Autism.
Birmingham. University. United Kingdom. 1977.
Yuwono Imam, Utomo,. (2015). Pendidikan
Inklusif. Pustaka Banua
Budi. (2013). Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus Ciri-Ciri
dan Terapinya. (Online)
(https://simomot.com/2016/09/01/jenis-jenis-anak-berkebutuhan-khusus-ciri-ciri-dan-terapinya/). Diakses pada tanggal 6 Agustus 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar