Senin, 02 Januari 2017

Jenis-jenis Anak Kebutuhan Khusus (ABK)




Jenis-jenis Anak Kebutuhan Khusus (ABK)
Menelaah kata “berkebutuhan khusus” membuat kita sering kali langsung terjebak pada gambaran perbedaan, kesulitan, hambatan maupun gangguan yang bersembunyi di baliknya.hakikat sebenarnya adalah setiap individu memang tidak dapat kita samakan, individu tumbuh dan berkembang dengan keunikan masing-masing disertai kebtuhan khusus khas yang tiap individu berbeda kepastiannya tanpa harus selalu kita maknai dengan hal yang akan “menyulitkan”, termasuk untuk kebutuhan khusus anak-anak  yang dulu lebih dikenal sebagai anak cacat.
Sebelum kita membahas tentang jenis-jenis ABK, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan Anak Kebutuhan Khusus (ABK). Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam proses pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. (Rochman Mif di 07.42 Jumat, 04 Oktober 2013)
Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, adapun jenisnya adalah sebagai berikut :
1.      Tunanetra
            Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh  atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Untuk mengenali mereka, kita dapat melihat ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kurang melihat (kabur), tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 m.
b. Kesulitan mengambil benda kecil didekatnya.
c. Tidak dapat menulis mengikuti garis lurus.
d. Sering meraba-raba dan tersandung waktu berjalan.
e. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik kering.
f. Tidak mampu melihat.                          
g. Peradangan hebat pada kedua bola mata.
h. Mata bergoyang terus.
2. Tunarungu
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Ciri-ciri anak tunarungu adalah sebagai berikut:
a. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar.
b. Banyak perhatian terhadap getaran.
c. Terlambat dalam perkembangan bahasa
d. Tidak ada reaksi terhadap bunyi atau suara,
e. Terlambat perkembangan bahasa,
f. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,
g. Kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara,
h. Ucapan kata tidak jelas, kualitas suara aneh/monoton,

3. Tunalaras
Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain.
Kelainan tingkah laku ditetapkan bila mengandung unsur:
a. Tingkah laku anak menyimpang dari standar yang diterima umum.
b. Derajat penyimpangan tingkah laku dari standar umum sudah ekstrim.
c. Lamanya waktu pola tingkah laku itu dilakukan.

4. Tunagrahita atau down syndrome
Tunarahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mentalintelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Mereka memerlukan layanan pendidikam khusus. Ketunagrahitaan mengacu pada intelektual umum yang secara signifikan berada di bawah rata-rata. Para tunagrahita mengalami hambatan dalam tingkah laku dan penyesuaian diri. Semua itu berlangsung atau terjadi pada masa perkembangannya.
Ciri-ciri fisik dan penampilan anak tungrahita:
1) Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar,
2) Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
3) Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan
4) Kordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali)

5. Tunadaksa
            Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak [tulang, sendi, otot]. Dari segi fungsi fisik, tunadaksa diartikan sebagai seseorang yang fisik dan kesehatanya terganggu sehingga mengalami kelainan di dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program dan layanan pendidikan khusus. Peristilahan dalam kelumpuhan dibagi menurut daerah kelumpuhannya. Kelumpuhan sebelah badan disebut hemiparalise, kelumpuhan kedua anggota gerak bawah disebut paraparalise.
Ciri-ciri anak tunadaksa dapat di lukiskan sebagai berikut:
a)      Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,
b)      Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,
c)       Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali, bergetar)
d)      Terdapat cacat pada anggota gerak,
e)       Anggota gerak layu, kaku, lemah/lumpuh,

6. Cerebral palsy
Gangguan / hambatan karena kerusakan otak (brain injury) sehingga mempengaruhi pengendalian fungsi motorik.

7. Gifted
Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya (anak normal).

8. Autistis atau autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

9. Asperger Disorder atau AD
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Bedanya, gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah High-fuctioning autism.
Adapun hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.

10. Rett’s Disorder
Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motoriknya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan. 

11. Attention deficit disorder with hyperactive atau ADHD
ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya.
Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan huruf.

12. Lamban belajar atau slow learner
Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespons rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

 13. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus (terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika), diduga disebabkan karena faktor disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena faktor inteligensi (inteligensinya normal bahkan ada yang di atas normal), sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti).

























Data Anak Kebutuhan Khusus (ABK) di Indonesia

1.      Indonesia memang belum punya data yang akurat dan spesifik tentang berapa banyak jumlah anak berkebutuhan khusus. Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, jumlah anak berkebutuhan khusus yang berhasil didata ada sekitar 1,5 juta jiwa.
Namun secara umum, PBB memperkirakan bahwa paling sedikit ada 10 persen anak usia sekolah yang memiliki kebutuhan khusus. Di Indonesia, jumlah anak usia sekolah yaitu 5 - 14 tahun ada sebanyak 42,8 juta jiwa. Jika mengikuti perkiraan tersebut, maka diperkirakan ada kurang lebih 4,2 juta anak Indonesia yang berkebutuhan khusus. (Putro Agus Harnowo – detikHealth/Rabu, 17/07/2013 18:42 WIB)
2.      Ramadhani (hasil wawancara) menyebutkan bahwa jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia sudah mencapai 1,4 juta orang pada tahun 2014.
3.      “Seperti diketahui, penyandang disabilitas anak/ABK di Indonesia sebanyak 532,13 ribu jiwa (0,63 persen) dari seluruh anak Indonesia,” ujarnya di Banjarmasin, Senin (12/10).
Perbandingan, menurut jenis kelamin, anak laki-laki lebih banyak dari anak perempuan yaitu 285,33 ribu (0,66 persen) anak perempuan 246,81 ribu (0,60 persen).
Sementara proporsi penyandang anak disabilitas/ABK terhadap total anak di Kalsel pada 2012 untuk di perkotaan laki-laki sebanyak 0,88 dan perempuan 0,28. Di pedesaan laki-laki sebanyak 1,36 dan perempuan 0,31. Di perkotaan tambah pedesaan jumlah keseluruhan sebanyak 0,74. (Sumber: infopublik.id)





Sumber
Rita Jordan, Educating of Children and Young People With Autism. Birmingham. University. United Kingdom. 1977.
Yuwono Imam, Utomo,. (2015). Pendidikan Inklusif. Pustaka Banua
Budi. (2013). Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus Ciri-Ciri dan Terapinya. (Online) (https://simomot.com/2016/09/01/jenis-jenis-anak-berkebutuhan-khusus-ciri-ciri-dan-terapinya/). Diakses pada tanggal 6 Agustus 2016




Tidak ada komentar:

Posting Komentar